Salam Hebat! Hari ini adalah Hari Spesial! Coba liat tanggalan atau kalender di rumah Anda atau kantor Anda (buat yang biasa ngenet di kantor :-)), apakah hari ini tgl merah? Kalo gak, coba liat liat, jangan-jangan anda salah liat.. Soalnya di rumah saya, hari ini tgl merah! Anda tau kenapa? Ini hari spesial buat saya, my birthday! Nah, kalo ini hari spesial buat saya, saya yakin Anda juga punya hari spesial! Baik itu ultah anda, ataupun hari dimana Anda menemukan impian Anda sehingga hari itu menjadi titik awal kesuksesan Anda. Di hari spesial ini, saya ingin membagikan sesuatu yang spesial buat Anda yang spesial!
Oya, Selamat jumpa lagi buat anda yang pernah atau sering mampir di blog ini. Selamat berjumpa untuk pertama kalinya buat Anda yang baru mampir di blog ini, baik yang disengaja mampir, ataupun tidak disengaja mampir ke sana karena diajak Om Google, ataupun karena diundang oleh teman anda karena teman anda sudah memberitahukan keberadaan blog yang “merusak” ini. Banyak orang sudah “merusak” pola pikirnya setelah baca blog ini, atau tanpa sudah pola pikir mereka sudah “terusakkan” (wah, bahasanya bener gak ya?). Terusak atau terusik ya? Ada yang menjadi “panas” setelah baca blog ini. Ada juga yang menjadi “gemes” setelah sering mampir di blog ini. Ada juga yang merasa berubah hidupnya stelah baca blog ini. Ada juga yang menyesal telah mampir di blog ini. Ya, menyesal kenapa baru tau ada blog hebat seperti ini, haha.. Nah, buat yang menyesal, janganlah buat orang lain menyesal juga, jadi silahkan kasih tau pada teman-teman anda tentang keberadaan blog nyerempet ini. Dengan begitu, blog ini juga akan lebih bertambah rame lagi, hehe.. Oya, Buat yang sering mampir di blog ini, resiko setelah Anda sering mampir adalah Anda akan mengalami suatu perubahan besar dalam hidup. Kalau anda sukses dan menjadi seorang pebisnis tangguh, Silahkan tanggung sendiri resikonya! Jadi bersiaplah untuk suatu perubahan, karena perubahan tanpa mengubah di dalam diri artinya kegilaan. Dan bersiaplah akan perubahan sukses yang akan Anda alami setelah mampir di blog ini! Hati-hati atas apa yang Anda baca, karena apa yang Anda baca akan menentukan 5 tahun anda ke depan. Apa yang saya ceritakan di dalam blog ini akan mengubah anda menjadi jauh lebih sukses! Namun itu resiko anda! bukan saya…Resiko Anda untuk Sukses!! Siap-siap untuk Sukses! Jangan sampai ketika Sukses, Anda tidak siap! Siapkan mental anda sebelum membaca artikel yang satu ini! DIJAMIN!!! Anda akan menyesal seumur hidup apabila melewatkan kisah yang ini!!
Kali ini, saya akan berbagi kisah tentang wanita peliharaan, ehhh,…salah, maksudnya “Sapi Peliharaan” pada Anda.
Cerita ini saya dapatkan dari buku yang saya baca : Once Upon A cow. Isi cerita ini saya rasa bagus sekali, jadi saya sharingkan pada Anda semua. Hanya yang bagus-bagus saya berikan pada Anda pembaca blog antonhuang.com ini. Oya, buat yang sudah sering mampir, namun tidak pernah koment, ya kasih koment donk! Gitu baru seru.. Oya, buat Sdri Inge, pakabarnya? buat Pak Rizki yang penuh rezeki, semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi yang dalam, buat Mas Adi pati, pilihan memelihara “sapi peliharaan” ataukah seperti di cerita ini.
Begini ceritanya….
Seorang murid lagi belajar “ilmu sukses” pada seorang Guru. Oleh Sang guru, murid ini diajak mencari orang termiskin di desa termiskin di kota termiskin dan di negara termiskin. Setelah berkelana, mereka pun akhirnya tiba di sebuah desa termiskin di kota termiskin. Mereka berdua berkeliling desa dan melakukan survey baik sendiri ataupun bertanya pada pemuka desa. Akhirnya mereka pun tiba di sebuah halaman besar dengan sebuah rumah di halaman itu.
“Ya, inilah keluarga termiskin di desa ini,”ucap si Murid dalam hati.
Halaman rumah itu hanya ditumbuhi rerumputan. Mereka berdua masuk ke halaman dan mengetuk pintu rumah itu. Pintu rumah pun terbuka. Dan muncullah sesosok tubuh pria dari balik pintu. Wajah itu tersenyum. Mereka berdua, si Murid dan Sang Guru pun memperkenalkan diri, dan bilang kalo mereka ingin menumpang nginap di rumah itu sehari dua hari karena akan menempuh perjalanan jauh lagi. Pria pemilik rumah itu memberikan izin dan mempersilahkan masuk. Mereka berdua pun masuk. Si Murid mengamati keadaan bagian dalam rumah itu.
“Betul-betul memprihatinkan kondisi rumah ini,”ucap si Murid dalam hati.
Rumah itu hanya diterangi oleh sebuah lampu. Ruang makan boleh dibilang tidak ada, karena bercampur menjadi satu dengan dapur. Lantai rumah itu masih beralaskan tanah. Rumah itu beranggotakan sepasang kakek dan nenek, pria tadi serta istrinya dan 4 orang anak mereka. Perabotan, meja kursi, yang ada sudah nampak tua, dan tidak terawat rapi.
“Benar-benar memprihatinkan,”ucap si Murid lagi dalam hatinya. “Ini betul-betul keluarga termiskin yang pernah saya jumpai,”bisiknya dalam hati.
Mereka berdua, si Murid dan Sang Guru pun, bercakap-cakap dengan bapak pemilih rumah itu. Setelah lama bercakap, bapak pemilik rumah itupun bercerita bahwa sumber penghasilan mereka berasal dari susu segar dari sapi peliharaan mereka. Seekor sapi peliharaan memang diwariskan dari kakek dan nenek mereka. Sumber mata pencaharian mereka berasal dari penjualan susu susi, eh, susu sapi segar. Dan satu-satunya sapi itulah yang merupakan kebanggaan mereka dibandingkan penduduk lainnya di desa itu. Bapak pemilik rumah itu bercerita dengan bangganya tentang seekor sapi peliharaan mereka itu yang sudah berjasa banyak menghasilkan susu segar sehingga bisa menghidupi keluarga mereka ini.
Makan malam pun sederhana sekali, minim sekali, hanya nasi putih dan ikan asin, dengan minuman susu sapi segar. Dan ketika tidur, tempat tidurnya pun hanyalah dipan beralaskan tikar.
Esok paginya, mereka pun bangun dan sarapan. Minuman susu sapi segar menemani sarapan mereka. Keluarga itu pun duduk berkumpul. Mereka sekeluarga lagi sibuk menuangkan susu sapi hasil perahan pagi itu ke dalam botol-botol untuk dijual lagi. Si Murid dan Sang Guru berjalan keluar rumah menuju halaman rumah yang luas itu.
“Aha… ternyata inilah sapi yang mereka cerita-ceritakan semalam itu. Inilah sapi yang sudah berjasa memberikan mata pencaharian buat seisi rumah ini,”desis si Murid dalam hati.
“Guru, bagaimana kalau kita membantu keluarga ini? Misalnya dengan memberikan rumput pilihan untuk sapi ini agar sapi ini bisa menghasilkan lebih banyak susu buat keluarga ini,”ucap si Murid pada Sang Guru.
Sang Guru hanya diam. Ia tersenyum. Ia pun mendekati sapi peliharaan keluarga itu. Ia mengelus-elus kepala hewan itu. Kemudian sang Guru ini merogoh sesuatu dari tas yang dibawanya, dan mulutnya berkomat kamit sebentar, lantas disembelihnya hewan peliharaan itu. Ya,Sang Guru ini mengeluarkan sebilah pisau tajam dan menyembelih hewan itu sehingga tak bernyawa.
Si Murid menjadi kaget bukan kepalang. Belum hilang kagetnya, ia merasakan tangannya ditarik oleh Sang Guru untuk meninggalkan rumah keluarga termiskin itu.
si Murid bengong, ia tidak bisa berkata apa-apa ataupun menanyakan apapun pada gurunya. Ia hanya diam.
Lima tahun berlalu sejak kejadian itu. Si Murid sudah belajar banyak prinsip sukses dari Sang Guru. Namun masih ada satu pertanyaan besar dalam hati si Murid. Kenapa gurunya berbuat itu 5 tahun lalu? Bagaimana keadaan keluarga termiskin itu? Satu-satunya Sapi peliharaan mereka tewas, sedangkan sumber penghasilan satu-satunya keluarga itu tergantung pada susu sapi segar yang dihasilkan.
Dengan memberanikan diri, akhirnya si Murid bertanya pada Sang Guru…
“Guru, apa “ilmu sukses” yang bisa saya dapatkan dari kejadian 5 tahun lalu? Saya sampai sekarang khawatir keadaan keluarga termiskin di desa termiskin di kota termiskin di dunia itu. Satu-satunya sapi peliharaan mereka yang merupakan mata pencaharian keluarga itu, malah disembelih oleh guru,”tanya si Murid.
Sang Guru tersenyum tersipu-sipu..eh, salah, tersenyum penuh makna tersembunyi.
“Mari kita lihat keadaan keluarga itu sekarang,”ajak Sang Guru. Sang Guru mengajak si Murid menuju ke rumah keluarga miskin itu. Mereka berdua melakukan penyamaran agar tidak dikenali langsung.
Lantas mereka berdua pun menempuh perjalanan menuju keluarga termiskin di desa termiskin itu. Mereka menemui sebuah halaman yang luas, namun keadaan jauh berbeda. Rumah yang ada di halaman itu jauh lebih besar dan lebih bagus.
“Ehmm…. apakah ini rumah yang dulu? Jangan-jangan guru salah alamat”ucap si Murid dalam hati.
Sang Guru pun mendekati rumah itu dan mengetuk pintu. Pintu pun terbuka, dan muncullah sesosok pria dari balik pintu itu.
[hidepost]
“Ooppss….” desis si Murid dalam hati. Wajah itu wajah yang sama. Wajah itu yang muncul di balik pintu 5 tahun yang silam. Namun wajah itu lebih cerah sekarang, lebih terawat bersih, rapi. Pakaian pria itupun jauh lebih bagus daripada 5 tahun sebelumnya.
“Cari siapa? Ada apa? ?”tanya pria pemilik rumah itu.
“Kami mau menumpang menginap di rumah ini untuk satu dua hari. Bolehkah?” tanya Sang Guru dengan tenang.
Si Murid sudah merasa was was. Ia berpikir bahwa pria pemilik rumah itu akan bisa mengenali gurunya dan marah pada gurunya yang telah menyembelih sapi peliharaan mereka satu-satunya.
“Oh, silahkan masuk. Anda berdua bisa menumpang nginap di rumah kami. Hari sudah terlalu malam untuk melanjutkan perjalanan,”ucap pria itu.
Sang Guru pun masuk ke dalam rumah itu diikuti oleh si murid.
“Woww…keadaan rumah ini jauh sekali berbeda dengan dulu. Semua perabot sudah diganti, jauh rapi dan tertata. Ruangannya terang disinari 2 lampu, dan kamar-kamarnya pun bagus. Beda sekali dengan keadaan dahulu,” gumam si Murid dalam hati.
“Ahh…lantai rumah ini sudah beralaskan ubin, bukan lagi tanah”kaget si Murid lagi.
Belum hilang kaget si Murid, dari dalam rumah muncul keluarga besar rumah itu.
“Wowww…”teriak si Murid.
4 orang anak dewasa muncul dengan pakaian rapi ditemani kakek dan nenek mereka. Wajah mereka tersenyum memberikan salam.
“Senang sekali berjumpa dengan bapak berdua,”ucap 4 anak dewasa itu pada si Murid dan Sang Guru.
Si Murid masih heran, bertanya-tanya dalam hati. Apa yang terjadi pada mereka sepeninggal sapi peliharaan mereka tewas disembelih oleh gurunya.
“Begini ceritanya….” ucap si Pria pemilik rumah.
Si Murid mendengar penuh antusias. Ia memandangi pria itu. “Ahh…pria yang dulunya termiskin di desa termiskin di kota termiskin di negara termiskin di dunia ini, sepertinya bukan lagi merupakan pria ataupun keluarga termiskin. Kehidupan keluarga ini jauh berubah. ada apa…”desis si Murid dalam hati..
“Kami lima tahun lalu kedatangan 2 orang tamu, dan sejak itu mengalami perubahan hebat dalam hidup kami”ucap pria itu.
“Kami menyambut 2 tamu itu, namun keesokan siang harinya 2 tamu itu menghilang tiba-tiba, dan siang harinya kami temukan juga sapi peliharaan kami satu-satunya tewas,”jelas pria itu.
Si Murid terdiam. Ia merasakan tegang di antara cerita pria pemilik rumah itu. Ia mengamati Sang Guru. Dilihatnya Sang Guru tetap tenang dan tersenyum.
“Kami tidak tau siapa yang menewaskan sapi kami. Kami juga tidak tau bagaimana nasib kedua tamu kami itu. Apakah dibawa kabur oleh orang yang menewaskan sapi kami? ataukah jangan-jangan dibunuh juga oleh orang yang menewaskan sapi kami? Kami benar-benar panik waktu itu. Bagaimana tanggung jawab kami pada 2 tamu yang sudah menginap di rumah kami. Kami juga panik dan sedih sekali, satu-satunya hewan peliharaan kami, yang kami bangga-banggakan selama ini, yang sudah memberikan mata pencaharian dan kehidupan buat kami sekeluarga, ternyata tewas dan tidak akan bisa menghasilkan susu segar lagi buat kami untuk menghidupi keluarga ini,”ucap si Pria itu.
“Kami beberapa hari tidak minum susu segar, atau bahkan tidak sarapan pagi. Makan hanya sekali sehari, itupun karena masih ada stok beras yang ada. Kami merasakan kehidupan kami hancur berantakan sepeninggal sapi peliharaan itu. Kami setiap paginya memandangi halaman di mana sapi peliharaan kami itu biasanya merumput. Kami sekeluarga merasakan lapar dan putus asa”jelas pria itu lagi.
Si Murid diam mendengarkan dan menyimak cerita pria pemilik rumah itu.
“Ketika kondisi kami tambah parah, dan setiap paginya hanya bisa merenung memandangi halaman rumah kami tempat dulunya sapi peliharaan kami itu, tiba-tiba terlintas ide di benakku untuk mencoba menanam sayur-sayuran buat bekal kami makan. Akhirnya saya dan keluarga mencoba bercocok tanam di halaman kami. Lambat laun, halaman kami pun berubah menjadi kebun dan menghasilkan tanaman dan sayur mayur buat kami makan bersama nasi. Yang selama sebelumnya, kami hanya makan nasi berlaukkan ikan asin atau kecap dan susu sapi segar. Kami makan dengan menu berbeda, dengan sayur-sayuran segar. Kami merasakan perbedaan. Akhirnya timbul ide saya lagi untuk lebih mengembangkan kebun kami sehingga lebih banyak menghasilkan, sehingga kami pun bisa menghasilkan lebih banyak sayur-sayuran dan akhirnya menjual sayur-sayuran ke orang lain. Kami merasakan perubahan hari demi hari,”cerita si pria itu.
Si Murid masih membaca dan menyimak cerita si pria itu.. (ehmm…siapa yah si murid itu? yang lagi membaca kah? :-))
“Dari hasil menjual sayur-sayuran, kami menabungkan uang kami, mulai membeli lagi lahan baru di desa ini, sehingga akhirnya kami mulai mempunyai perkebunan yang luas, yang banyak menghasilkan sayur-sayuran, buah-buahan yang bisa kami jual ke masyarakat desa ini. Dan perubahan itu kami rasakan makin membaik dari tahun ke tahun. Hingga akhirnya sekarang ini, kami juga bisa memperbaiki tempat tinggal kami, dan juga bisa membeli lagi sapi-sapi, namun tidak hanya seekor tapi sudah mencapai 3 ekor sekarang ini. Dan saya akan perbanyak sapi-sapi itu”jelas pria itu.
Pria itu berhenti sejenak. Ia memandang tajam pada si Murid yang lagi mendengarkan dengan seksama kisah pria yang dulunya termiskin itu. Si Murid pun merasa gugup kalo-kalo ketauan bahwa ia dan gurunya lah yang menyembelih sapi peliharaan keluarga itu.
“Kami semua mengalami perubahan hebat sejak saat itu. Sejak matinya sapi kami satu-satunya. Walau awalnya sempat kecewa dalam, namun kami menyadari, bahwa kehidupan kami sebelumnya, sebelum kejadian hari itu, kami terlalu terikat pada sapi kami. Kami mengandalkan 100% kehidupan kami pada sapi satu-satunya itu. Kami terbelenggu oleh susu sapi segar yang dihasilkan oleh satu-satunya sapi kami dulu itu. Kami terlalu takut, terlalu khawatir, untuk mencoba yang laen daripada sapi kami itu. Padahal kami mempunyai potensi untuk berbuat lebih banyak, mencoba lebih banyak daripada hanya sekedar seekor sapi yang hanya bisa memberikan susu segarnya pada kami. Kami sampai sekarang tidak tau siapakah penyebab tewasnya sapi peliharaan itu. Namun kami berterima kasih sekali, sejak kejadian itu, atau mungkin 2 orang tamu yang datang berkunjung pada malam itu, merupakan malaikat yang ditunjuk oleh Tuhan untuk membebaskan belenggu ketakutan pada keluarga kami yang sudah diwariskan turun temurun. Kami juga tidak tau siapa jelasnya 2 orang tamu itu. Mungkin juga 2 orang tamu itulah yang menyembelih sapi kami. Seandainya iya, kami pun berterima kasih sekali karena sudah membukakan hati dan pikiran kami untuk mengambil suatu tindakan baru agar menghasilkan perubahan baru dalam hidup kami, walau dengan pengorbanan menyembelih sapi peliharaan,”ucap pria itu tersenyum.
Pria itu pun memandang pada si Murid dan Sang Guru.
Sang Guru tersenyum dalam. Si Murid tersenyum tersipu-sipu. Si Murid baru menyadari bahwa ia pun telah mempunyai “sapi peliharaan” dalam pikirannya, yang telah membelenggu dirinya untuk melakukan suatu tindakan baru, pola pikir baru agar menghasilkan suatu perubahan baru. Si Murid hari itu belajar “Ilmu Sukses” paling berharga dalam hidupnya.
Si Murid terdiam, suatu pelajaran berharga dan dalam telah ia terima dari Sang Guru. Ia pun terdiam membaca bait demi bait, kalimat demi kalimat, kata demi kata di dalam blog ini. Ia kaget!! Ia ternyata masih memelihara “sapi peliharaan” dan ia pun lagi berpikir apakah mau melepas “sapi peliharaannya” ataukah tetap memelihara “sapi peliharaan” itu dalam pikirannya. Si Murid tersenyum lagi, ia tersenyum lega, karena sejak hari ini, hari dimana ia membaca kisah ini di blog ini (blog antonhuang.com ini), ia bertekad akan melepas atau membunuh “sapi peliharaan”nya. Sehingga ia pun suatu hari, 1 – 5 tahun ke depan, akan bisa bercerita pada orang-orang di luar sana (yang belum membaca blog ini, blog antonhuang.com) bahwa ia sudah mengalami suatu perubahan besar dan hebat dalam hidup setelah membaca kisah ini.
Dan Sang Guru pun tersenyum dalam, tersenyum bahagia, karena ia sudah menuliskan cerita yang panjang di blog ini, membagikan apa yang sudah ia pelajari dan alami. Hahaha… Sang Guru mau melanjutkan dengan kegiatan lainnya.
NB :
Kalau Anda masih membaca sampai tulisan terakhir ini. Siapakah si Murid, Sang Guru dan si Pria pemilik rumah???? Atau siapakah atau apakah “Sapi Peliharaan” dalam diri? Maukah melepas “sapi peliharaan” itu agar bisa mengeluarkan potensi terbesar dan terhebat dalam diri yang sudah diberikan oleh Tuhan buat Anda (si Murid, Sang Guru atau si Pria)??? Agar bisa mempunyai “perkebunan2 yang lebih besar dan jauh lebih menghasilkan, peternakan sapi yang lebih besar”…
Hidup adalah Pilihan. Sama seperti ketika Anda memilih untuk membaca cerita ini dari awal sampai akhir. Bagaimanakah akhir kehidupan yang Anda pilih???
NBB :
Kisah Spesial ini saya persembahkan buat Anda yang mampir di blog ini, dikarenakan tgl 10 Maret ini adalah Hari Spesial bagi Saya. Ini adalah Hari Ulang Tahun Saya. Ini hadiah spesial dari saya di hari ultah saya! Selamat Menikmati! Apabila ada kata-kata yang menyinggung anda sebagai pembaca blog ini, saya bersyukur karena artinya tulisan saya bisa ditangkap maknanya oleh Anda. Dan saya tidak akan minta maaf karena telah menyinggung anda. Konsekuensinya kalau orang tersinggung pada tulisan saya, biasanya orang itu akan mengalami banyak perubahan besar dalam hidupnya menjadi jauh lebih baik. Jadi kenapa harus saya minta maaf? 🙂 haha… juz kidding…Jadi ditunggu ucapan terima kasihnya. hehehe… Buat yang mau mengirimkan kadonya, silahkan ke alamat saya di : Jl. Sersan Wahab No. 2053 Rt. 30 Rw. 08 Palembang 30126, Hp : 0819 333 77 323, email : anton@antonhuang.com. Serius loh 🙂 Ditunggu kadonya, hehe..
[/hidepost]
artikel tentang sapi (93), artikel sapi (64)
Wah, pak Anton Huang ultah ya? Met Ultah ya! thanks ya Pak Huang atas blognya yang banyak memberikan motivasi buat ku. thx bgt.
Saya sudah login tapi koq tidak bisa baca kelanjutannya? piye thoh?
Met ultah pak,
Makasih inputnya
btw, selisih 5 hr dg saya lo pak,
tanggal keramat saya di 5 Maret….
thnx yah honey ucapannya.. senang hati saya menerimanya..Met Ultah juga ya kalo gitu..
Salam kenal dan salam hebat dari saya buat Honey.
Pagi bos anton. . . Cerita yg luar biasa. . Thanks. .. Pamit dulu, Mao action cari sapi baru he he he
Selamat Ulang Tahun, Apo kabar Palembang ? maaf aku sdh tak pacak bahaso palembang ? Semoga artikel ini pacak merubah aku 5 tahun mendatang , Amin.
Ah..selamat ulang tahun juga..kadonya ditungguin aja ya sampai datang.Aku juga nungguin kado tgl 24 Maret ini..(ih..jadi pengen kado juga..)
Ini cerita yang hebat dan aku benar2 sedang mengalaminya saat ini..nggak mau melepas satu sapi untuk dapat yang jauh lebih besar.
Rasanya seperti menghadapi dilema..ini mungkin karena kekuatiran yang terlalu berlebihan atau memang aku type orang yang selalu mencari amannya saja? Sampai skrg aku nggak mengerti dan nggak berani mengambil keputusan sama sekali..Trus gimana dong? Udah baca cerita sapi perah masih takut aja nih..Padahal aku sudah memikirkan hal ini sejak 10 tahun yang lalu..
thx bgt buat yang sudah ucapin selamat ultah ke saya.. trims.. artikel ini saya persembahkan buat pembaca spesial di blog ini.
Semoga kita semua tidak memelihara “sapi peliharaan” lagi.
to Syawalharnain : Lah lamo dak ngomong palembang cak nyo, emang di kota mano sekarang ni? kalo boleh aku saranke : hilangkan kato semoga di dalam perbendaharaan kalimat, misal semoga artikel ini pacak merubah aku 5 tahun mendatang, diganti dengan dipastikan artikel ini pacak merubah aku 5 tahun mendatang. kata2 besar sekali pengaruhnya. orang sukses karena kata2, orang bisa gagal juga karena kata2. Mulutmu adalah Harimaumu..
To Inge : Wah, bakalan ultah nih 24 maret ini, pasti berkesan ultah 24 maret ini..ngomong2 soal sapi peliharaan, kalo dipelihara terus “sapi peliharaan” ini di dalam diri, nanti bisa2 diri menjadi “sapi perahan” hhe.. mau jadi “sapi perahan” trus? yang senantiasa terikat? Jangan2 jadi anggota partai NADO lagi.. bahaya tuch…
anton huang´s last blog post..Palembang, Kota Wisata Kuliner
Nah ini dia PR yang baru..kalau selama ini hanya baru sampai pada cerita inspirasi dan motivasi,tentunya diharapkan bisa berkembang lebih dalam lagi yaitu bagaimana tips&trik untuk nggak menjadi sapi perahan karena kebanyakan pelihara sapi.
O iya ya..ntar bisa saya tulisin deh cerita saya di blog ini,siapa tau dapat hadiah mobil ya..hi..hi..
met pagi pak anton.wah saya pendatang baru neh..
kemaren nyenggol om google and mau cari kisah inspiratif eh malah ngeliat rumah pak anton yah mampir deh..n betah juga deh hehehe
artikelnya bagus banget…makasih ya..meski telat hampir sebulan setengah tetap aja saya mau bilang met ultah ya pak anton…ato mas anton yah??
met pagi juga pak rafael fajar. thanks banget ucapan ultahnya..
saya bisa dipanggil pak anton, mas anton, kak anton, ko anton, apapun deh. ada juga yang panggil bang anton.
Salam kenal dan Salam hebat luar biasa buat pak rafael fajar. Silahkan liat-liat isi rumah, ajak temen blh jg 🙂 biar rumah ini makin ramae.. cuma memang gak ada makanan untuk mulut ke bawah di rumah ini. Yang ada makanan untuk mulut ke atas..:-)
anton huang´s last blog post..Protect my health and wealth