Selamat datang di blog antonhuang.com, blog berisikan cerita motivasi, cerita bijak, cerita hikmah, cerita sukses, cerita menginspirasi, kata kata motivasi, sharing pengalaman, motivasi dan inspirasi. Saya posting sebuah artikel yang saya dapat dari email seorang teman. Sore ini online sebentar sambil menunggu rekan usaha datang.
Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya dengan mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi kebutuhannya. Tetapi, ia terkenal sebagai orang yang sabar.
Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayubakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ialalu berteriak, “Minggir… minggir! kayu bakar mau lewat!.”
Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya.
Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak
menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia
kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi
atas kerusakan bajunya.
Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya
serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu
berkata, “Mungkin ia tidak sengaja.” Bangsawan itu membantah. Sementara si
lelaki itu diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan
yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan
pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu
bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa
pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada
bangsawan itu, “Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa
memperingatkanmu ketika di pasar tadi.”
Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata,
“Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di
pasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!” dengan nada sedikit emosi.
“Pokoknya saya tetap minta ganti,” lanjutnya.
Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, “Kalau engkau mendengar
teriakannya, mengapa engkau tidak minggir?” Jika ia sudah memperingatkan,
berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya.”
Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia
baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun
pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan
dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam.
Ada saatnya diam, ada saatnya berbicara…